Minggu, 20 Juli 2014

untuk si Pengkhianat Besar


Ruangku

kita dulu berlayar dalam satu masa yang sempit
kubiarkan layarku terkembang mengikuti jejakmu,
kau adalah kaisar dalam perang
dan aku selir dalam peperangan,
aku (adalah) seonggok Phinissi yang kokoh di lautan
sekali saja kau hantam kan tanganmu di pesisir pantai
meledak ruah samudera dan seisinya
engkau hebat (ruangku)
gelegar suaramu adalah perintah bagi alam,
bagi (ruang-ruangku)

engkau berjanji padaku tentang langit yang cerah
awan yang berpijar dan bintang-bintang yang riang,
bercengkrama di bawah sepi,
dan meramaikan ku
kita
(ruang-ruangku)

tapi kini hilang sudah (ruang-ruangku)
tak ada lagi tempat untukku di jagad rayamu,
engkau binasakan aku demi ombak yang kekar itu,
yang dahulu adalah kekasihku

marah.
oh kemarahan.

entah dari mana datannya dia (kemarahan)
hingga tubuhnya meniupkan kekecewaan yang besar untukmu.

sudahlah..
sudahlah..
sudahlah..

aku tak mengapa menjadi riwayat Phinissi tua,
terpasang di muka dinding senagai lelucon (ruang-
ruang) kecilmu nanti,

sudahlah
tinggalkan saja semua tentang ruang-ruang yang sempit
semasa kita dahulu,
kumohon; jaga ombakku,
dia adalah kekasihku yang dahulu.



Batam, 31 Mei 2011
Berlian Jingga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar