Senin, 21 Juli 2014



Adele pernah bercerita kepada Hastuti, ibunya;

"... tidak semua wanita terlahir untuk sempurna,
tapi wanita tercipta dengan kecantikannya.
itu utuh."

"... Beberapa dari mereka terlahir dalam
keadaan yang lain,
tidak memiliki jari - jari yang lengkap,
tidak memiliki pendengaran yang tajam,
tidak memiliki tulang punggung yang tegap,
karena Tuhan telah lebih dulu menempatkan
kekurangan - kekurangan itu di surga."

"... Mungkin dari mereka tinggal sendiri sampai mati,
menjadi perawan tua,
pernikahan bukan tujuan hidup mereka.
itu prinsip. Keyakinan diri adalah kaisar tertinggi
pada perjalanan waktu seorang insan.
tidak terkecuali wanita."

"... Ada juga yang dikehendaki untuk tidak melahirkan jiwa,
mungkin saja rahimnya lemah mendekap cinta,
mungkin saja raganya tidak sekuat hatinya,
tapi wanita selalu ternama sebagai ibu."

"... Tidak sedikit dari wanita, kalah melawan temboknya.
melawan dinding yang dibangunnya.
menjadi terhina di mata manusia, hamil.
sebelum ada ikatan suci. Apakah lalu kita bisa menghakiminya?
katamu;
Manusia melihat yang di depan mata, sementara Tuhan meihat hati. "

Minggu, 20 Juli 2014

jangan pernah pahami aku

26 Juli 2011 pukul 19:19
assalamualaikum,

saat ini aku butuh kesendirian, aku tak butuh kau atau mereka menahanku berjalan sendiri,
aku tau, dan aku yakin sekali bahwa aku bisa berdiri, bahkan berlari sendiri...
aku tak butuh seorangpun berkata "kamu kenapa?"
karena tak sedikitpun itu mengubah niatku bersendiri,
aku pun tak berharap jika seseorang yang kutemui di depan nanti menyapaku "kamu mau kemana?"
sebab pertanyaan itu sama sekali tak menghentikan langkahku untuk hanya sekedar
berucap "kesana".

jika kau endus aroma tubuhku nanti,
janganlah seolah kau tau dimana keberadaanku saat ini,
janganlah meragu bahwa terjadi apa-apa denganku di sana,
jika kau dengar tangisku di ujung simpang,
hentikanlah getaran jantungmu yang khawatir
bahwa aku sedang terluka,
tidak,tidak,tidak...
aku tak perlu kau datang dan memelukku lalu
memintaku menangis erat di bahumu,
sungguh, aku tak inginkan kau lakukan itu untukku,
jika kau lihat sekebar bayangku dalam terpaan angin,
jangan sesekali mengira kalau aku telah terbawa maut
dan tak kan kembali dari kesendirian ini,
bukan..
bukan seperti demikian.

aku lelah mendengar mereka memperbincangkan aku dalam kefanaan,
aku lelah melihat mereka terbang dalam pekat yang melandaku,
aku lelah bercanda seolah riang saat mereka merajamku,
aku lelah saat mereka girang memandangu sayu,
sungguh,
saat ini pun aku tak ingin mengingat hal itu..
aku butuh langit yang biru itu turun memayungiku,
hanya memayungiku saja.


diam,
aku tak akan pernah diam menggumamkan namaNYA,
selagi sempat ku pendamkan hatiku menyebut namaNYA..

berat sekali,
aku benar-benar butuh sesuatu untuk sendiri,
malam ini.

"maaf tak akan mengubah keadaan, sampai kapan pun itu"

wassalam.

Batam Centre, 26 Juli 2011

LIA
untuk si Pengkhianat Besar


Ruangku

kita dulu berlayar dalam satu masa yang sempit
kubiarkan layarku terkembang mengikuti jejakmu,
kau adalah kaisar dalam perang
dan aku selir dalam peperangan,
aku (adalah) seonggok Phinissi yang kokoh di lautan
sekali saja kau hantam kan tanganmu di pesisir pantai
meledak ruah samudera dan seisinya
engkau hebat (ruangku)
gelegar suaramu adalah perintah bagi alam,
bagi (ruang-ruangku)

engkau berjanji padaku tentang langit yang cerah
awan yang berpijar dan bintang-bintang yang riang,
bercengkrama di bawah sepi,
dan meramaikan ku
kita
(ruang-ruangku)

tapi kini hilang sudah (ruang-ruangku)
tak ada lagi tempat untukku di jagad rayamu,
engkau binasakan aku demi ombak yang kekar itu,
yang dahulu adalah kekasihku

marah.
oh kemarahan.

entah dari mana datannya dia (kemarahan)
hingga tubuhnya meniupkan kekecewaan yang besar untukmu.

sudahlah..
sudahlah..
sudahlah..

aku tak mengapa menjadi riwayat Phinissi tua,
terpasang di muka dinding senagai lelucon (ruang-
ruang) kecilmu nanti,

sudahlah
tinggalkan saja semua tentang ruang-ruang yang sempit
semasa kita dahulu,
kumohon; jaga ombakku,
dia adalah kekasihku yang dahulu.



Batam, 31 Mei 2011
Berlian Jingga
Saya

setetes air yang basah,adalah saya
tergenang menjadi samudera yang lepas,adalah takdir saya,
ketika hujan,nyawa menambahkan satu kehidupan pada tubuh saya
seperti telah terbiasa basah
tapi sesungguhnya serasa bernanah,
nyawa yang lebat adalah penuhi amarah dalam hidup saya

alaaaaaa....
persetan dengan dunia,
jika aku kering,itulah disebutNYA maut
tapi sesungguhnya itu kenikmatanku..

saya,saya,saya

jangan sebut saya dengan kalimat engkau,
sebab inilah saya...

hahahahaha....
jangan bilang saya ini hujan yang bernyawa,sebab
saya adalah lautan mati.
di sanalah terkubur mimpi dan asa
yang telah pada..

maka saya sebut laut mati

dan persetan dengan martabat duniawi,
sebab saya adalah harkat yang tertindas..
bukan samudera lepas itu,
tapi comberan di atas surga,
kumohon,
mengertilah saya...


(Semarang, 04 Desember 2010)
berbicara tentang cinta adalah bersuara tentang kepahitan.
saya tak ingin diabaikan lagi..

(Semarang,09 Desember 2010)